Langsung ke konten utama

5 Panduan Mengembangkan Employee Engagement Survey


        Sebagai Praktisi HR, menyadari bahwa mengembangkan employee engagement survey merupakan langkah krusial dalam memahami dinamika perusahaan secara lebih mendalam. Panduan ini ditujukan untuk memberi arahan dalam merancang survei yang tak hanya komprehensif, tetapi juga memiliki efek positif dalam menghimpun data berharga.

Survey pekerja yang dilakukan idealnya mencakup keseluruhan dinamika perusahaan, mulai dari bagaimana pekerja diapresiasi, melihat elemen yang telah berjalan baik dan perlu dipertahankan, hingga elemen yang perlu ditingkatkan.

Dengan pendekatan ini, survei keterlibatan pekerja akan menjadi alat yang kuat dalam menggali insight yang lebih mendalam mengenai kesejahteraan pekerja dan berpotensi menginspirasi perubahan positif dalam lingkungan kerja.

1.  Mengembangkan Konten Survey

Memahami bahwa hasil survei pekerja yang akurat sangat bergantung pada penyusunan konten yang tepat. Konten yang dirancang dengan cermat memainkan peran penting dalam memastikan data yang terkumpul relevan dan bermanfaat. Penyusunan konten yang tepat membantu meminimalkan bias dan menghasilkan jawaban yang lebih obyektif serta sesuai dengan dinamika organisasi.

Dengan mengikuti panduan penyusunan konten yang sesuai, dapat memastikan bahwa pertanyaan survei benar-benar memberikan informasi yang insightful, dapat diandalkan, dan berdampak pada pengambilan keputusan perusahaan yang lebih baik.

  • Membuat Pertanyaan dari Perilaku yang Dapat Diamati
    Saat merancang konten survei, hindari pertanyaan yang mengarah pada spekulasi tentang pemikiran atau motif individu. Sebagai contoh, dalam sektor retail, tanyakan kepada pekerja seberapa sering rekan kerja mereka membantu mengatasi kesulitan dalam pekerjaan. Dengan fokus pada perilaku konkret yang dapat diamati, jawaban menjadi lebih objektif dan memberikan gambaran nyata mengenai interaksi dan kolaborasi di tempat kerja.
  • Membuat Pertanyaan yang Hasilnya Dapat Diverifikasi
    Persiapkan pertanyaan yang hasilnya akan berupa fakta yang dapat diverifikasi agar memberikan validitas dan akurasi pada hasil survei. Dalam tim customer service, tanyakan seberapa sering pekerja menerima pelatihan baru dan apakah pelatihan tersebut meningkatkan kualitas pelayanan. Data pelatihan dan umpan balik pelanggan dapat memvalidasi hasil survei.
  • Fokus pada Konten Pertanyaan yang Sesuai dengan Tujuan Perusahaan
    Penting untuk mengaitkan pertanyaan dalam survei dengan tujuan perusahaan. Misalnya, dalam lingkungan startup teknologi, pertanyaan tentang sejauh mana pekerja merasa dukungan dari alat kerja sehari-hari seperti akses ke aplikasi Slack atau aplikasi kolaborasi lainnya, dapat memberikan wawasan tentang efisiensi komunikasi dan keterlibatan tim.
    Contoh lain dalam lingkungan bisnis manufaktur, pertanyaan seputar kepuasan pekerja terhadap proses produksi dapat memberikan wawasan tentang efisiensi dan kualitas produksi. Konten yang dibuat sebaiknya secara langsung terkait dengan aspek yang relevan untuk pencapaian tujuan bisnis.

2.  Menentukan Struktur dan Format yang Tepat

Setelah konten yang relevan telah dikembangkan, langkah berikutnya adalah memastikan struktur dan format survei yang sesuai. Struktur dan format yang tepat adalah kunci untuk memastikan bahwa survei dapat diisi dengan mudah dan akurat oleh responden.

Dengan menyusun survei secara teratur dan logis, akan lebih mudah bagi para pekerja untuk memahami pertanyaan dan memberikan respon yang lebih akurat. Selain itu, format yang baik juga membantu mengurangi kelelahan dan kebingungan yang mungkin muncul saat menjawab survei, sehingga meningkatkan partisipasi dan kualitas data yang terkumpul.

  • Pertahankan Bagian Tanpa Label yang Spesifik
    Pertahankan bagian tanpa label dan informasi tentang kelompok pertanyaan secara spesifik, seperti grup pertanyaan di halaman tertentu merupakan pertanyaan khusus yang dilabeli pertanyaan tentang team work, growth, atau recognition dari rekan kerja dan atasan. Tujuannya adalah untuk mengurangi potensi bias yang dapat mempengaruhi pemikiran responden.
    Dengan menghindari pengelompokan yang terlalu spesifik, responden cenderung memberikan respon yang lebih objektif dan sesuai dengan pandangan mereka.
    Sebagai contoh, dalam survei kepuasan pekerja di sebuah startup teknologi, penghindaran penggunaan label pada setiap bagian akan mencegah terbentuknya persepsi bahwa beberapa aspek dianggap lebih dominan dibandingkan yang lain, seperti growth dan development  yang mungkin  lebih penting dibanding aspek-aspek lain.
  • Usahakan Panjang dan Kerumitan Setiap Pertanyaan Tidak Begitu Berbeda
    Memperhatikan panjang dan tingkat kesulitan pertanyaan dalam survei tagar tidak memiliki perbedaan yang sangat signifikan dilakukan untuk menghindari respons yang tidak konsisten dari responden, baik pada jenis pertanyaan terbuka maupun tertutup dengan pilihan ganda.
  • Bagian Pengisian Informasi Pekerja Ditempatkan Di Bagian Terakhir
    Penempatan pertanyaan mengenai informasi pekerja di bagian akhir survei berarti menempatkan pertanyaan mengenai demografi dan informasi pribadi responden sebagai bagian terakhir dari survei.
    Dengan menempatkan pertanyaan tentang jenis kelamin, usia, jabatan, divisi, serta informasi penting lainnya di akhir survei akan membantu membangun kepercayaan dimana responden merasa lebih aman dalam menjawab pertanyaan seputar pekerjaan mereka sebelum memberikan informasi pribadi.

3.  Pemilihan Tata-Bahasa yang Efektif

Tidak hanya konten dan format yang harus diperhatikan, tetapi juga penggunaan tata-bahasa yang tepat. Bahasa yang digunakan dalam survei memiliki dampak yang signifikan terhadap respon yang diberikan oleh pekerja. 

  • Menghindari Istilah yang Memicu Asosiasi Kuat
    Prinsip ini menekankan pentingnya menghindari penggunaan istilah dalam survei yang memiliki asosiasi kuat, terutama yang dapat memicu asosiasi gender atau etnis tertentu, sehingga berpotensi mempengaruhi hasil respon menjadi lebih positif untuk golongan atau gender tertentu.
    Contoh: Dalam sebuah survei evaluasi kinerja, penggunaan istilah "berani mengambil keputusan" cenderung terasosiasi lebih positif bagi laki-laki dan "memahami isu-isu kompleks" cenderung terasosiasi lebih positif untuk perempuan.
    Sebagai solusinya, istilah yang dapat menjadi bias tersebut dapat direvisi menjadi "Memiliki kemampuan untuk membahas isu-isu yang kompleks secara presisi dan jelas".
    Istilah-istilah dengan asosiasi pada grup tertentu bisa secara tidak sadar mempengaruhi pandangan atau penilaian responden terhadap pertanyaan, sehingga menghasilkan informasi yang tidak mewakili pandangan sebenarnya.
  • Formulasi 30% Jawaban dengan Tonality Negatif
    Konsep ini melibatkan merancang sekitar 30% pertanyaan dengan pengharapan jawaban yang menggunakan tonalitas negatif. Pemilihan Ini bertujuan untuk menghindari efek bias positif yang mungkin muncul dalam tanggapan pekerja dalam survei Employee Engagement apabila semua pertanyaan memiliki tonality yang positif.
    Formulasi Ini memungkinkan Praktisi HR untuk mendapatkan wawasan yang lebih menyeluruh dan jujur tentang isu-isu yang mungkin tidak terungkap dengan pertanyaan berkonotasi positif.
    “Seberapa sering Anda merasa kurang diakui atas kontribusi Anda dalam pekerjaan?" adalah contoh pertanyaan dengan desired answer menggunakan tonalitas negatif.

  • Hindari Menggabungkan Hal yang Tidak Terkait dalam Satu Pertanyaan
    Prinsip ini menekankan pentingnya merancang pertanyaan yang fokus pada satu topik spesifik, dan menghindari menggabungkan aspek-aspek yang tidak terkait dalam satu pertanyaan. Tujuannya adalah untuk menghindari kebingungan dan memastikan respon yang akurat.
    Pertanyaan yang disarankan: "Seberapa sering Anda merasa rekan kerja memberikan dukungan dalam mencapai target pekerjaan?"
    Pertanyaan yang tidak disarankan: "Apakah Anda merasa puas dengan rekan kerja Anda dan tingkat kepuasan Anda dengan perusahaan?"

4.  Panduan Pengukuran yang Cermat dan Akurat

Pengukuran yang tepat dan cermat memberikan pandangan yang mendalam tentang aspek-aspek yang mempengaruhi keterlibatan, memberi landasan bagi pengambilan keputusan yang terinformasi, serta membantu merumuskan strategi dan tindakan yang relevan untuk meningkatkan performa dan iklim kerja secara keseluruhan.

  • Buat Skala Respon dengan Angka pada Interval yang Teratur
    Sangat disarankan untuk untuk merancang skala respon dengan angka pada interval yang teratur dan hanya menggunakan kata-kata di setiap batas atas dan bawah dari pilihan.
    Selain mempermudah penyusunan skala, hal ini dapat menghindari komplikasi penggunaan kata-kata yang berbeda pada setiap opsi respon dari setiap pertanyaan, yang pada akhirnya berakibat pada penurunan distorsi pada pembacaan hasil survei dan memungkinkan analisis statistik yang lebih akurat.
    Contoh yang disarankan:
    Berikan penilaian Anda akan kompetensi manajer dalam memberikan tugas dan arahan yang jelas:
    (5) Sangat Kompeten
    (4)
    (3)
    (2)
    (1) Tidak Kompeten
    Contoh tidak yang disarankan:
    Berikan penilaian Anda akan kompetensi manajer dalam memberikan tugas dan arahan yang jelas:
    (5) Sangat kompeten
    (4) Kompeten
    (3) Cukup kompeten
    (2) Kurang Kompeten
    (1) Tidak Kompeten

  • Gunakan Skala Respon untuk Menilai Frekuensi
    Bagian ini menyarankan untuk menggunakan skala respon yang meminta responden untuk memperkirakan frekuensi tertentu, dibanding penggunaan kata “selalu atau tidak pernah”.
    Membuat responden memberikan perkiraan frekuensi dengan persentase atau penilaian dengan angka dapat mengurangi bias dalam respons dan menghasilkan data yang lebih dapat diandalkan.
    Dalam survei motivasi pekerja, pertanyaan seperti "Berapa persen anggota di tim Anda memiliki pekerjaan berkualitas tinggi?" lebih dapat menghasilkan respons yang tidak bias dibandingkan dengan pertanyaan yang mengajak responden untuk mengukur sejauh mana mereka setuju jika anggota tim nya produktif atau tidak.
  • Usahakan Opsi yang Tersedia berjumlah Ganjil
    Menggunakan satu skala respon tunggal dengan opsi yang jumlahnya ganjil seperti 3, 5, atau 7 sehingga dapat memberikan kemungkinan bagi responden untuk menyatakan pendapat secara lebih netral. Hal ini juga mempermudah perbandingan kuantitatif antara item yang berbeda.
  • Hindari Pertanyaan yang Memerlukan Penyusunan Peringkat
    Penelitian yang dilakukan Harvard Business Review menunjukkan bahwa respons terhadap pertanyaan semacam ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk urutan dan jumlah item yang diminta untuk diurutkan.
    Jenis Pertanyaan semacam ini juga dapat mengganggu respons pada pertanyaan berikutnya, karena mereka telah memiliki predisposisi akan pentingnya suatu hal dibanding hal yang lain.

 5.  Panduan Administrasi Pelaksanaan

Setelah merancang dan merumuskan pertanyaan survei dengan cermat, langkah berikutnya dalam merancang survei Employee Engagement adalah memastikan administrasi yang efektif.

Pengukuran yang akurat dan bermakna memerlukan proses administrasi yang hati-hati dan tepat. Inilah mengapa langkah-langkah dalam mengelola survei, mulai dari menjaga kerahasiaan hingga memastikan kuesioner dapat diisi dengan mudah, memiliki dampak signifikan terhadap kualitas data yang diperoleh.

  • Jaga Kerahasiaan Nama Responden
    Responden cenderung lebih bersedia berpartisipasi dalam survei jika mereka yakin bahwa kerahasiaan personal terjamin. Kerahasiaan ini memastikan bahwa responden merasa aman untuk memberikan tanggapan yang jujur dan tidak terpengaruh oleh ketakutan akan konsekuensi atau pengidentifikasian oleh rekan kerja atau atasan yang bisa saja intimidatif.
  • Hasil Analisis Berdasarkan Departemen, Bukan Individu
    Menganalisis hasil survei pada tingkat departemen memungkinkan perusahaan memahami perbedaan keterlibatan di berbagai bagian organisasi. Ini membantu dalam perumusan rencana tindakan yang lebih spesifik dan efektif.
    Perlu diingat bahwa survei ini dilaksanakan  bukan untuk mempersekusi individu tertentu, namun melihat hal-hal yang baik dan yang perlu diperbaiki dari setiap departemen, divisi, atau tim agar kinerja perusahaan secara keseluruhan dapat berjalan lebih baik.
  • Dapat Diselesaikan Kurang dari 30 Menit
    Survei yang terlalu panjang dapat menyebabkan tingkat respons yang rendah dan respons yang kurang jujur. Waktu penyelesaian yang masuk akal dibawah 30 menit memastikan partisipasi yang lebih baik dan respon yang lebih akurat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORMULIR BPJS KETENAGA KERJAAN

  Formulir Jaminan Form Perubahan Beasiswa BPJS Ketenagakerjaan Digunakan untuk pengajuan perubahan penerima beasiswa Download Formulir 3 KK 1 Digunakan Untuk Pelaporan Dugaan Kecelakaan Kerja Tahap I Download Formulir 3 PAK 1 Digunakan Untuk Pelaporan Dugaan Penyakit Akibat Kerja Kerja Tahap I Download Formulir 3a KK 2 Digunakan untuk Pengajuan Santunan/Manfaat setelah Dipastikan Laporan Kecelakaan pada Tahap I merupakan Kecelakaan Kerja (merupakan Laporan Kecelakaan Kerja Tahap II) Download Formulir 3a PAK 2 Digunakan untuk Pengajuan Santunan/Manfaat setelah Dipastikan Pelaporan Penyakit merupakan Penyakit Akibat Kerja (merupakan Laporan Penyakit Akibat Kerja Tahap II) Download Formulir 3b KK 3 Digunakan oleh Dokter yang Merawat/Dokter Penasehat dalam memberikan catatan medis terkait Kecelak...

Assistant Vice President dalam Perusahaan

   D alam setiap perusahaan, terdapat berbagai tingkatan manajerial yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan strategis dan pengelolaan operasional perusahaan. Dan salah satu posisi yang memiliki peran penting dalam hierarki manajemen adalah Assistant Vice President (AVP).  Mungkin belum banyak yang tahu apa itu arti dari AVP. Maka dalam artikel ini, akan dijelaskan arti dan tanggung jawab Assistant Vice President, kualifikasi yang diperlukan dalam mengemban tugas menjadi seorang AVP. Apa itu Assistant Vice President? AVP adalah Assistant Vice President yang merupakan posisi jabatan tingkat eksekutif atau senior dalam sebuah perusahaan dan biasanya melapor untuk mendukung pekerjaan    Vice president.   AVP sendiri merupakan gelar jabatan ( corporate title ) yang umumnya sering digunakan di perusahaan BUMN atau industri jasa keuangan seperti perbankan atau sekuritas.   Biasanya jabatan AVP memiliki otoritas dan tanggung jawab y...

Sanksi Perusahaan yang Menahan Ijazah Karyawan

      Penahanan ijazah merupakan praktik yang kerap dilakukan perusahaan sebagai syarat mempekerjakan karyawan   kontrak berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Alasannya, perusahaan ingin karyawan tersebut menyelesaikan kontrak kerja sesuai jangka waktu yang telah disepakati dan tidak berhenti di tengah jalan. Hal ini bisa jadi merugikan perusahaan. Dengan menahan ijazah, karyawan tidak akan meninggalkan pekerjaan sebelum membayar ganti rugi ke perusahaan. Atau, setidaknya cara ini akan membuat karyawan berpikir dua kali sebelum memutus perjanjian secara sepihak. Bolehkah praktik semacam ini? Jika termasuk pelanggaran hukum, apa  sanksi perusahaan yang menahan ijazah  karyawan? Secara hukum, tidak ada dasar dan ketentuan yang mengatur hal ini di dalam UU Naker No 13 Tahun 2003 , bahkan di pasal-pasal PKWT. Pun, tidak ditemukan aturannya dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 100 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaks...

Jenis Tunjangan yang Didapat Pekerja

Tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan keahlian, tunjangan kinerja, tunjangan perumahan, tunjangan makan, dan tunjangan transportasi Aturan ketenagakerjaan mengharuskan perusahaan untuk memberikan tunjangan kerja bagi pekerjanya, namun setiap perusahaan mempunyai kebijakan masing-masing. Apa saja jenis tunjangan ataupun kompensasi yang diatur oleh UU ataupun yang umumnya diberikan oleh perusahaan?   APA YANG DIMAKSUD DENGAN TUNJANGAN? Tunjangan adalah tambahan pendapatan di luar gaji bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan oleh pekerja/buruh. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor SE-07/MEN/1990 Tentang Pengelompokan Upah (SE-07/MEN/1990) menyebut tunjangan dimaksudkan untuk perangsang, mendorong pekerja lebih berdisiplin, rajin, dan produktif. APA SAJA BENTUK TUNJANGAN YANG DAPAT DITERIMA OLEH PEKERJA? Tunjangan yang dapat diterima oleh pekerja dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tunjangan tetap dan tunjangan t...

Perhitungan Tunjangan Hari Raya (THR)

              Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan kepada pekerja yang telah bekerja selama minimal satu bulan, baik dengan status tetap ataupun kontrak. Bagaimana perhitungan THR? Setiap satu tahun sekali Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan kepada pekerja yang telah bekerja selama minimal satu bulan, baik dengan status tetap ataupun kontrak. Lalu, bagaimana cara perhitungan THR?  BERAPA BESAR THR YANG HARUS DIBERIKAN KEPADA PEKERJA? Besarnya THR sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Buruh/Pekerja di Perusahaan (Permenaker 6/2016) ditetapkan  sebagai berikut: Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus atau lebih, diberikan sebesar 1 (satu) bulan upah, dan Pekerja yang mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus-menerus tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, d...

BPJS ketenagakerjaan berdasarkan PP 44, 45 dan 46 Tahun 2015

           Program Jaminan Hari Tua (JHT) Kepesertaan bersifat wajib sesuai penahapan kepesertaan Kepesertaan : Penerima upah selain penyelenggara negara: Semua pekerja baik yang bekerja pada perusahaan dan perseorangan Orang asing yang bekerja di Indonesia lebih dari 6 bulan Bukan penerima upah Pemberi kerja Pekerja di luar hubungan kerja/mandiri Pekerja bukan penerima upah selain pekerja di luar hubungan kerja/mandiri Jika pengusaha mempunyai lebih dari satu perusahaan, masing-masing wajib terdaftar. Jika peserta bekerja di lebih dari satu perusahaan, masing-masing wajib didaftarkan sesuai penahapan kepesertaan. Pendaftaran Keterangan Penerima Upah Bukan Penerima Upah Cara Pendaftaran Didaftarkan melalui perusahaan Jika perusahaan lalai, pekerja dapat mendaftarkan dirinya sendiri dengan...

Ketentuan Jam Kerja di Indonesia

  Ketentuan Jam Kerja di Indonesia berdasarkan undang-undang Sungguh melelahkan bukan, bila kita diharuskan bekerja berjam-jam di dalam dan di luar kantor sehari-hari, bahkan ada yang sampai kerja lembur. Dalam upaya melindungi para pekerja, sebenarnya pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan mengenai jam kerja. Bagaimana UU mengatur mengenai jam kerja? Mari kita tela’ah bersama APA KATA UNDANG-UNDANG MENGENAI JAM KERJA?  Jam Kerja adalah waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam pasal 77 sampai dengan pasal 85 Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo. Undang-Undang Cipta Kerja No.11 Tahun 2020. Serta pasal 21 sampai dengan 25 Peraturan Pemerintah No. 35/2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja. Peraturan Pemerintah ini muncul untuk melengkapi perubahan atura...

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

  Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah hal yang paling ditakuti oleh pekerja akan tetapi sangat lazim dan sering ditemui di Indonesia. Apa pun penyebab berakhirnya hubungan kerja antara perusahaan dan pekerjanya disebut dengan PHK. Dalam dunia kerja, kita lazim mendengar istilah Pemutusan Hubungan Kerja atau yang sering disingkat dengan kata PHK. PHK sering kali menimbulkan keresahan khususnya bagi para pekerja. Bagaimana tidak? Keputusan PHK ini akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup dan masa depan para pekerja yang mengalaminya dan keluarganya. Bagaimana aturan Pemutusan Hubungan Kerja menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan? APA YANG DIMAKSUD DENGAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)? Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan perusahaan/majikan. Artinya harus adanya hal/alasan tertentu yang mendasari pengakhiran hubungan kerja ini.  Dalam aturan perb...

Tiga Bidang Penting dalam Komunikasi Menuruf Aristoteles

                Menurut Aristoteles, ada tiga elemen penting dalam komunikasi yang dia identifikasi dalam karyanya "Ars Rhetorica" (Seni Berpidato). Ketiga elemen ini membentuk dasar pemahaman tentang seni retorika dan komunikasi efektif. Berikut adalah tiga elemen tersebut: Logos: Logos merujuk pada logika atau argumen yang disampaikan oleh pembicara. Ini berkaitan dengan substansi atau isi pesan yang disampaikan. Dalam komunikasi, logos melibatkan penggunaan argumen yang rasional, bukti yang kuat, dan alasan yang terstruktur dengan baik untuk mendukung pesan atau pendapat yang disampaikan. Ethos: Ethos merujuk pada karakter atau kepercayaan pembicara. Ini berhubungan dengan kepercayaan, keandalan, dan otoritas yang dirasakan oleh audiens terhadap pembicara. Aristoteles berpendapat bahwa pembicara harus memiliki integritas dan keandalan yang kuat agar audiens dapat menerima pesan mereka...