Langsung ke konten utama

5 Panduan Mengembangkan Employee Engagement Survey


        Sebagai Praktisi HR, menyadari bahwa mengembangkan employee engagement survey merupakan langkah krusial dalam memahami dinamika perusahaan secara lebih mendalam. Panduan ini ditujukan untuk memberi arahan dalam merancang survei yang tak hanya komprehensif, tetapi juga memiliki efek positif dalam menghimpun data berharga.

Survey pekerja yang dilakukan idealnya mencakup keseluruhan dinamika perusahaan, mulai dari bagaimana pekerja diapresiasi, melihat elemen yang telah berjalan baik dan perlu dipertahankan, hingga elemen yang perlu ditingkatkan.

Dengan pendekatan ini, survei keterlibatan pekerja akan menjadi alat yang kuat dalam menggali insight yang lebih mendalam mengenai kesejahteraan pekerja dan berpotensi menginspirasi perubahan positif dalam lingkungan kerja.

1.  Mengembangkan Konten Survey

Memahami bahwa hasil survei pekerja yang akurat sangat bergantung pada penyusunan konten yang tepat. Konten yang dirancang dengan cermat memainkan peran penting dalam memastikan data yang terkumpul relevan dan bermanfaat. Penyusunan konten yang tepat membantu meminimalkan bias dan menghasilkan jawaban yang lebih obyektif serta sesuai dengan dinamika organisasi.

Dengan mengikuti panduan penyusunan konten yang sesuai, dapat memastikan bahwa pertanyaan survei benar-benar memberikan informasi yang insightful, dapat diandalkan, dan berdampak pada pengambilan keputusan perusahaan yang lebih baik.

  • Membuat Pertanyaan dari Perilaku yang Dapat Diamati
    Saat merancang konten survei, hindari pertanyaan yang mengarah pada spekulasi tentang pemikiran atau motif individu. Sebagai contoh, dalam sektor retail, tanyakan kepada pekerja seberapa sering rekan kerja mereka membantu mengatasi kesulitan dalam pekerjaan. Dengan fokus pada perilaku konkret yang dapat diamati, jawaban menjadi lebih objektif dan memberikan gambaran nyata mengenai interaksi dan kolaborasi di tempat kerja.
  • Membuat Pertanyaan yang Hasilnya Dapat Diverifikasi
    Persiapkan pertanyaan yang hasilnya akan berupa fakta yang dapat diverifikasi agar memberikan validitas dan akurasi pada hasil survei. Dalam tim customer service, tanyakan seberapa sering pekerja menerima pelatihan baru dan apakah pelatihan tersebut meningkatkan kualitas pelayanan. Data pelatihan dan umpan balik pelanggan dapat memvalidasi hasil survei.
  • Fokus pada Konten Pertanyaan yang Sesuai dengan Tujuan Perusahaan
    Penting untuk mengaitkan pertanyaan dalam survei dengan tujuan perusahaan. Misalnya, dalam lingkungan startup teknologi, pertanyaan tentang sejauh mana pekerja merasa dukungan dari alat kerja sehari-hari seperti akses ke aplikasi Slack atau aplikasi kolaborasi lainnya, dapat memberikan wawasan tentang efisiensi komunikasi dan keterlibatan tim.
    Contoh lain dalam lingkungan bisnis manufaktur, pertanyaan seputar kepuasan pekerja terhadap proses produksi dapat memberikan wawasan tentang efisiensi dan kualitas produksi. Konten yang dibuat sebaiknya secara langsung terkait dengan aspek yang relevan untuk pencapaian tujuan bisnis.

2.  Menentukan Struktur dan Format yang Tepat

Setelah konten yang relevan telah dikembangkan, langkah berikutnya adalah memastikan struktur dan format survei yang sesuai. Struktur dan format yang tepat adalah kunci untuk memastikan bahwa survei dapat diisi dengan mudah dan akurat oleh responden.

Dengan menyusun survei secara teratur dan logis, akan lebih mudah bagi para pekerja untuk memahami pertanyaan dan memberikan respon yang lebih akurat. Selain itu, format yang baik juga membantu mengurangi kelelahan dan kebingungan yang mungkin muncul saat menjawab survei, sehingga meningkatkan partisipasi dan kualitas data yang terkumpul.

  • Pertahankan Bagian Tanpa Label yang Spesifik
    Pertahankan bagian tanpa label dan informasi tentang kelompok pertanyaan secara spesifik, seperti grup pertanyaan di halaman tertentu merupakan pertanyaan khusus yang dilabeli pertanyaan tentang team work, growth, atau recognition dari rekan kerja dan atasan. Tujuannya adalah untuk mengurangi potensi bias yang dapat mempengaruhi pemikiran responden.
    Dengan menghindari pengelompokan yang terlalu spesifik, responden cenderung memberikan respon yang lebih objektif dan sesuai dengan pandangan mereka.
    Sebagai contoh, dalam survei kepuasan pekerja di sebuah startup teknologi, penghindaran penggunaan label pada setiap bagian akan mencegah terbentuknya persepsi bahwa beberapa aspek dianggap lebih dominan dibandingkan yang lain, seperti growth dan development  yang mungkin  lebih penting dibanding aspek-aspek lain.
  • Usahakan Panjang dan Kerumitan Setiap Pertanyaan Tidak Begitu Berbeda
    Memperhatikan panjang dan tingkat kesulitan pertanyaan dalam survei tagar tidak memiliki perbedaan yang sangat signifikan dilakukan untuk menghindari respons yang tidak konsisten dari responden, baik pada jenis pertanyaan terbuka maupun tertutup dengan pilihan ganda.
  • Bagian Pengisian Informasi Pekerja Ditempatkan Di Bagian Terakhir
    Penempatan pertanyaan mengenai informasi pekerja di bagian akhir survei berarti menempatkan pertanyaan mengenai demografi dan informasi pribadi responden sebagai bagian terakhir dari survei.
    Dengan menempatkan pertanyaan tentang jenis kelamin, usia, jabatan, divisi, serta informasi penting lainnya di akhir survei akan membantu membangun kepercayaan dimana responden merasa lebih aman dalam menjawab pertanyaan seputar pekerjaan mereka sebelum memberikan informasi pribadi.

3.  Pemilihan Tata-Bahasa yang Efektif

Tidak hanya konten dan format yang harus diperhatikan, tetapi juga penggunaan tata-bahasa yang tepat. Bahasa yang digunakan dalam survei memiliki dampak yang signifikan terhadap respon yang diberikan oleh pekerja. 

  • Menghindari Istilah yang Memicu Asosiasi Kuat
    Prinsip ini menekankan pentingnya menghindari penggunaan istilah dalam survei yang memiliki asosiasi kuat, terutama yang dapat memicu asosiasi gender atau etnis tertentu, sehingga berpotensi mempengaruhi hasil respon menjadi lebih positif untuk golongan atau gender tertentu.
    Contoh: Dalam sebuah survei evaluasi kinerja, penggunaan istilah "berani mengambil keputusan" cenderung terasosiasi lebih positif bagi laki-laki dan "memahami isu-isu kompleks" cenderung terasosiasi lebih positif untuk perempuan.
    Sebagai solusinya, istilah yang dapat menjadi bias tersebut dapat direvisi menjadi "Memiliki kemampuan untuk membahas isu-isu yang kompleks secara presisi dan jelas".
    Istilah-istilah dengan asosiasi pada grup tertentu bisa secara tidak sadar mempengaruhi pandangan atau penilaian responden terhadap pertanyaan, sehingga menghasilkan informasi yang tidak mewakili pandangan sebenarnya.
  • Formulasi 30% Jawaban dengan Tonality Negatif
    Konsep ini melibatkan merancang sekitar 30% pertanyaan dengan pengharapan jawaban yang menggunakan tonalitas negatif. Pemilihan Ini bertujuan untuk menghindari efek bias positif yang mungkin muncul dalam tanggapan pekerja dalam survei Employee Engagement apabila semua pertanyaan memiliki tonality yang positif.
    Formulasi Ini memungkinkan Praktisi HR untuk mendapatkan wawasan yang lebih menyeluruh dan jujur tentang isu-isu yang mungkin tidak terungkap dengan pertanyaan berkonotasi positif.
    “Seberapa sering Anda merasa kurang diakui atas kontribusi Anda dalam pekerjaan?" adalah contoh pertanyaan dengan desired answer menggunakan tonalitas negatif.

  • Hindari Menggabungkan Hal yang Tidak Terkait dalam Satu Pertanyaan
    Prinsip ini menekankan pentingnya merancang pertanyaan yang fokus pada satu topik spesifik, dan menghindari menggabungkan aspek-aspek yang tidak terkait dalam satu pertanyaan. Tujuannya adalah untuk menghindari kebingungan dan memastikan respon yang akurat.
    Pertanyaan yang disarankan: "Seberapa sering Anda merasa rekan kerja memberikan dukungan dalam mencapai target pekerjaan?"
    Pertanyaan yang tidak disarankan: "Apakah Anda merasa puas dengan rekan kerja Anda dan tingkat kepuasan Anda dengan perusahaan?"

4.  Panduan Pengukuran yang Cermat dan Akurat

Pengukuran yang tepat dan cermat memberikan pandangan yang mendalam tentang aspek-aspek yang mempengaruhi keterlibatan, memberi landasan bagi pengambilan keputusan yang terinformasi, serta membantu merumuskan strategi dan tindakan yang relevan untuk meningkatkan performa dan iklim kerja secara keseluruhan.

  • Buat Skala Respon dengan Angka pada Interval yang Teratur
    Sangat disarankan untuk untuk merancang skala respon dengan angka pada interval yang teratur dan hanya menggunakan kata-kata di setiap batas atas dan bawah dari pilihan.
    Selain mempermudah penyusunan skala, hal ini dapat menghindari komplikasi penggunaan kata-kata yang berbeda pada setiap opsi respon dari setiap pertanyaan, yang pada akhirnya berakibat pada penurunan distorsi pada pembacaan hasil survei dan memungkinkan analisis statistik yang lebih akurat.
    Contoh yang disarankan:
    Berikan penilaian Anda akan kompetensi manajer dalam memberikan tugas dan arahan yang jelas:
    (5) Sangat Kompeten
    (4)
    (3)
    (2)
    (1) Tidak Kompeten
    Contoh tidak yang disarankan:
    Berikan penilaian Anda akan kompetensi manajer dalam memberikan tugas dan arahan yang jelas:
    (5) Sangat kompeten
    (4) Kompeten
    (3) Cukup kompeten
    (2) Kurang Kompeten
    (1) Tidak Kompeten

  • Gunakan Skala Respon untuk Menilai Frekuensi
    Bagian ini menyarankan untuk menggunakan skala respon yang meminta responden untuk memperkirakan frekuensi tertentu, dibanding penggunaan kata “selalu atau tidak pernah”.
    Membuat responden memberikan perkiraan frekuensi dengan persentase atau penilaian dengan angka dapat mengurangi bias dalam respons dan menghasilkan data yang lebih dapat diandalkan.
    Dalam survei motivasi pekerja, pertanyaan seperti "Berapa persen anggota di tim Anda memiliki pekerjaan berkualitas tinggi?" lebih dapat menghasilkan respons yang tidak bias dibandingkan dengan pertanyaan yang mengajak responden untuk mengukur sejauh mana mereka setuju jika anggota tim nya produktif atau tidak.
  • Usahakan Opsi yang Tersedia berjumlah Ganjil
    Menggunakan satu skala respon tunggal dengan opsi yang jumlahnya ganjil seperti 3, 5, atau 7 sehingga dapat memberikan kemungkinan bagi responden untuk menyatakan pendapat secara lebih netral. Hal ini juga mempermudah perbandingan kuantitatif antara item yang berbeda.
  • Hindari Pertanyaan yang Memerlukan Penyusunan Peringkat
    Penelitian yang dilakukan Harvard Business Review menunjukkan bahwa respons terhadap pertanyaan semacam ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk urutan dan jumlah item yang diminta untuk diurutkan.
    Jenis Pertanyaan semacam ini juga dapat mengganggu respons pada pertanyaan berikutnya, karena mereka telah memiliki predisposisi akan pentingnya suatu hal dibanding hal yang lain.

 5.  Panduan Administrasi Pelaksanaan

Setelah merancang dan merumuskan pertanyaan survei dengan cermat, langkah berikutnya dalam merancang survei Employee Engagement adalah memastikan administrasi yang efektif.

Pengukuran yang akurat dan bermakna memerlukan proses administrasi yang hati-hati dan tepat. Inilah mengapa langkah-langkah dalam mengelola survei, mulai dari menjaga kerahasiaan hingga memastikan kuesioner dapat diisi dengan mudah, memiliki dampak signifikan terhadap kualitas data yang diperoleh.

  • Jaga Kerahasiaan Nama Responden
    Responden cenderung lebih bersedia berpartisipasi dalam survei jika mereka yakin bahwa kerahasiaan personal terjamin. Kerahasiaan ini memastikan bahwa responden merasa aman untuk memberikan tanggapan yang jujur dan tidak terpengaruh oleh ketakutan akan konsekuensi atau pengidentifikasian oleh rekan kerja atau atasan yang bisa saja intimidatif.
  • Hasil Analisis Berdasarkan Departemen, Bukan Individu
    Menganalisis hasil survei pada tingkat departemen memungkinkan perusahaan memahami perbedaan keterlibatan di berbagai bagian organisasi. Ini membantu dalam perumusan rencana tindakan yang lebih spesifik dan efektif.
    Perlu diingat bahwa survei ini dilaksanakan  bukan untuk mempersekusi individu tertentu, namun melihat hal-hal yang baik dan yang perlu diperbaiki dari setiap departemen, divisi, atau tim agar kinerja perusahaan secara keseluruhan dapat berjalan lebih baik.
  • Dapat Diselesaikan Kurang dari 30 Menit
    Survei yang terlalu panjang dapat menyebabkan tingkat respons yang rendah dan respons yang kurang jujur. Waktu penyelesaian yang masuk akal dibawah 30 menit memastikan partisipasi yang lebih baik dan respon yang lebih akurat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenali Earned Wage Access (EWA): Akses Gaji Fleksibel untuk Karyawan

    Earned Wage Access (Gaji Instan): Apa Itu, Aturan, dan Cara Hitung Earned wage access  atau biasa disebut sebagai gaji instan adalah fenomena yang muncul untuk menjaga kesejahteraan pekerja selama pandemi Covid-19. Berangkat dari situlah, sistem gajian ini mulai dilirik oleh perusahaan untuk membantu para pegawainya terhindar dari jebakan utang.   Apa Itu Earned Wage Access Mengutip dari  Wagely ,  earned wage access  adalah sebuah  benefit  yang mengizinkan karyawan untuk mendapatkan gaji lebih awal secara instan sebelum tanggal gajian yang ditentukan perusahaan. Lebih lanjut, earned wage access  adalah uang gaji yang didasari oleh perhitungan berapa lama kamu telah bekerja sebelum tanggal gajian. Di Indonesia sendiri, belum banyak perusahaan yang telah menerapkan benefit bagi karyawan satu ini. Meski begitu, ada beberapa  startup fintech  yang  membantu perusahaan untuk menerapkan sistem penggajian s...

Assistant Vice President dalam Perusahaan

   D alam setiap perusahaan, terdapat berbagai tingkatan manajerial yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan strategis dan pengelolaan operasional perusahaan. Dan salah satu posisi yang memiliki peran penting dalam hierarki manajemen adalah Assistant Vice President (AVP).  Mungkin belum banyak yang tahu apa itu arti dari AVP. Maka dalam artikel ini, akan dijelaskan arti dan tanggung jawab Assistant Vice President, kualifikasi yang diperlukan dalam mengemban tugas menjadi seorang AVP. Apa itu Assistant Vice President? AVP adalah Assistant Vice President yang merupakan posisi jabatan tingkat eksekutif atau senior dalam sebuah perusahaan dan biasanya melapor untuk mendukung pekerjaan    Vice president.   AVP sendiri merupakan gelar jabatan ( corporate title ) yang umumnya sering digunakan di perusahaan BUMN atau industri jasa keuangan seperti perbankan atau sekuritas.   Biasanya jabatan AVP memiliki otoritas dan tanggung jawab y...

Perbedaan Hubungan Kemitraan dengan Hubungan Kerja

   Hubungan Kemitraan    Kedudukan sebagai mitra kerja sebagaimana Anda sebutkan pada dasarnya timbul dari adanya hubungan kemitraan. Adapun definisi dari kemitraan dapat kita temui dalam  Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (“UU 20/2008”)  yang menyatakan sebagai berikut: Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha , baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar. Selain didasarkan atas prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan sebagaimana disebutkan di atas,  para pihak dalam kemitraan   mempunyai kedudukan hukum yang setara . Kemitraan tersebut dilaksanakan melalui pola: inti-plasma; subkontrak; waralaba; perdagangan umum; distribusi dan keagenan; rantai pasok;...

FORMULIR BPJS KETENAGA KERJAAN

  Formulir Jaminan Form Perubahan Beasiswa BPJS Ketenagakerjaan Digunakan untuk pengajuan perubahan penerima beasiswa Download Formulir 3 KK 1 Digunakan Untuk Pelaporan Dugaan Kecelakaan Kerja Tahap I Download Formulir 3 PAK 1 Digunakan Untuk Pelaporan Dugaan Penyakit Akibat Kerja Kerja Tahap I Download Formulir 3a KK 2 Digunakan untuk Pengajuan Santunan/Manfaat setelah Dipastikan Laporan Kecelakaan pada Tahap I merupakan Kecelakaan Kerja (merupakan Laporan Kecelakaan Kerja Tahap II) Download Formulir 3a PAK 2 Digunakan untuk Pengajuan Santunan/Manfaat setelah Dipastikan Pelaporan Penyakit merupakan Penyakit Akibat Kerja (merupakan Laporan Penyakit Akibat Kerja Tahap II) Download Formulir 3b KK 3 Digunakan oleh Dokter yang Merawat/Dokter Penasehat dalam memberikan catatan medis terkait Kecelak...

Besar Iuran BPJS Kesehatan

   Sama halnya dengan  perhitungan BPJS Ketenagakerjaan , BPJS Kesehatan juga memiliki dasar perhitungan iuran yang harus diketahui oleh pemilik usaha atau HR. Seperti yang sudah disebutkan di awal, tidak ada perubahan terkait iuran BPJS Kesehatan. Iuran BPJS Kesehatan tahun 2023 masih mengacu pada  Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018  Tentang Jaminan Kesehatan. Berdasarkan peraturan ini, peserta BPJS Kesehatan terbagi menjadi tiga kategori, yakni Penerima Bantuan Iuran (PBI), peserta Pekerja Penerima Upah atau PPU, serta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP). Secara umum, besaran biaya BPJS Kesehatan mandiri dan BPJS Kesehatan perusahaan memiliki beberapa perbedaan. Berikut adalah tarif iuran BPJS Kesehatan terbagi menjadi 3 kelas: Kelas 1 memiliki besaran iuran sebesar Rp150.000 per bulan per orang Kelas 2 memiliki besaran iuran sebesar Rp100.000 per bulan p...

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

  Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah hal yang paling ditakuti oleh pekerja akan tetapi sangat lazim dan sering ditemui di Indonesia. Apa pun penyebab berakhirnya hubungan kerja antara perusahaan dan pekerjanya disebut dengan PHK. Dalam dunia kerja, kita lazim mendengar istilah Pemutusan Hubungan Kerja atau yang sering disingkat dengan kata PHK. PHK sering kali menimbulkan keresahan khususnya bagi para pekerja. Bagaimana tidak? Keputusan PHK ini akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup dan masa depan para pekerja yang mengalaminya dan keluarganya. Bagaimana aturan Pemutusan Hubungan Kerja menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan? APA YANG DIMAKSUD DENGAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)? Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan perusahaan/majikan. Artinya harus adanya hal/alasan tertentu yang mendasari pengakhiran hubungan kerja ini.  Dalam aturan perb...

Pekerja Sakit Tetap Dapat Upah, Tapi Ada Syaratnya

   “Surat keterangan dokter dapat melindungi pekerja yang sakit dari PHK sepanjang sakitnya tidak melampaui 12 bulan secara terus menerus”  Ketika bekerja di suatu perusahaan tentunya ada kondisi yang menghalangi pekerja untuk hadir, misalnya karena sakit. Kondisi yang kurang optimal ini dapat berpengaruh pada menurunnya produktivitas pekerja. Ketidakhadiran pekerja karena sakit tidak dikategorikan dalam istilah “cuti” (Pasal 81 angka 23 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja atau UU Cipta Kerja terkait Pasal 79 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan atau UU Ketenagakerjaan). Oleh karena itu, ketidakhadiran pekerja karena sakit sepatutnya tidak mengurangi hak cuti tahunannya. Pelaksanaan cuti tahunan ini diatur lebih lanjut dalam perjanjian kerja, peraturan bersama, atau perjanjian kerja bersama.   Pekerja yang tidak melakukan pekerjaannya karena sakit tetap memperoleh upah (Pasal 93 ayat (2) UU Ketenagakerjaan). Dengan...

Bagaimana Membuat CV yang Menonjol

Membuat CV yang menonjol adalah langkah penting dalam mencari pekerjaan atau kesempatan karier. CV Anda harus mencerminkan pengalaman, keterampilan, dan kepribadian Anda dengan baik. Berikut adalah panduan untuk membuat CV yang menonjol: Penyusunan Format yang Jelas: Gunakan format yang rapi dan mudah dibaca. Gunakan font yang seragam dan ukuran huruf yang mudah dibaca (biasanya antara 10-12). Gunakan tata letak yang bersih dan terstruktur dengan penggunaan judul, subjudul, dan daftar poin untuk mengatur informasi dengan baik. Informasi Kontak yang Jelas: Letakkan informasi kontak Anda (nama, alamat, nomor telepon, dan alamat email) di bagian atas CV agar mudah diakses. Ringkasan Profesional (Opsional): Ini adalah ringkasan singkat tentang diri Anda, menyoroti pengalaman, keterampilan, dan tujuan karier Anda. Gunakan ringkasan profesional ini untuk membuat kesan pertama yang kuat. Pen...

Perhitungan Tunjangan Hari Raya (THR)

              Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan kepada pekerja yang telah bekerja selama minimal satu bulan, baik dengan status tetap ataupun kontrak. Bagaimana perhitungan THR? Setiap satu tahun sekali Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan kepada pekerja yang telah bekerja selama minimal satu bulan, baik dengan status tetap ataupun kontrak. Lalu, bagaimana cara perhitungan THR?  BERAPA BESAR THR YANG HARUS DIBERIKAN KEPADA PEKERJA? Besarnya THR sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Buruh/Pekerja di Perusahaan (Permenaker 6/2016) ditetapkan  sebagai berikut: Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus atau lebih, diberikan sebesar 1 (satu) bulan upah, dan Pekerja yang mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus-menerus tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, d...

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

  Info Lengkap Tentang Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Aturan pokok Jaminan Sosial di Indonesia yakni Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional mengenal 5 (lima) jenis program jaminan sosial meliputi: jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Jaminan Kecelakaan Kerja merupakan perlindungan yang sangat penting dimiliki khususnya pada saat pekerja/buruh mengalami kecelakaan kerja, kondisi yang tidak diinginkan oleh siapapun? Berikut ulasannya. APA YANG DIMAKSUD DENGAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA? Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian (PP 44/2015), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Pada prinsipnya jaminan ini melindungi ag...